B.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daruttaqwa
Pada tahun 1875 M. datang seorang jejaka muslim yang
shalih ke desa Suci Manyar Gresik untuk melaksanakan dakwa Islamiyah, Mbah
Brojo namanya. Beliau berasal dari daerah “ Soca ” Bangkalan Madura. Beliau
merupakan salah satu keturunan Mbah Buyut Emas yang masih cucu dari dari
Maulana Raden Paku (Sunan Giri). Penduduk Desa Suci pada waktu itu masih banyak
yang berkebiasaan kurang bahkan tidak baik, misalnya berjudi, sabung ayam dan
mabuk-mabukan.
Di desa Suci Manyar Gresik, Mbah
Brojo membangun sebuah Langgar (Musholla) yang dikenal dengan sebutan Langgar
Mbah Brojo, yang merupakan langgar pertama di desa ini dan masih ada sampai
sekarang. Di langgar ini Mbah Brojo membimbing masyarakat. Di langgar ini Mbah
Brojo membimbing masyarakat Suci untuk melaksanakan ajaran Islam. Dengan
kesabaran dan ketekunan Mbah Brojo dalam membimbing masyarakat Suci akhirnya
mereka menjadi masyarakat yang benar-benar taat dalam menjalankan ajaran Islam.
Di samping itu, beliau juga berusaha menyiarkan dan membimbing ajaran agama
Islam terhadap masyarakat di luar Desa Suci sampai ke daerah Cerme, Benjeng,
Balungpanggang.
Setelah kurang lebih 10 tahun Mbah
Brojo dengan tekun mengajarkan dan membimbing masyarakat Suci dan sekitarnya,
Beliau menikah dengan seorang puteri keturunan Sunan Drajat, Mbah Nyai Sihhah
namanya, dan dari perkawinan ini beliau dikaruniai 2 anak, yakni:
a.
Mbah
K. Sholeh (menantu mbah K. Abdul Jabbar) Dukun Sidayu, saudara tua KH. Faqih
Maskumambang.
b.
Mbah
Nyai Maryam, yang akhirnya menikah dengan Mbah K.H. Ismail. Mbah K.H. Ismail
ini yang membantu perjuangan Mbah Brojo dalam menyiarkan dan membimbing ajaran
agama Islam pada masyarakat suci dan sekitarnya.
Perkawinan Mbah Nyai Maryam dengan
Mbah K.H. Ismail akhirnya dikaruniai dua anak, yakni Mbah Nyai Mas’amah dan
Mbah Nyai Dewi Muslihah. Mbah Nyai Mas’amah menikah dengan K.H. Kholil dari
Manyar. K.H. Kholil adalah salah satu santri Kyai Khozin Podok Pesantren
Langitan Widang Tuban Lamongan dan melanjutkan untuk nyantri kepada Kyai Kholil
Bangkalan selama 13 tahun. Setelah pulang, beliau meneruskan perjuangan Mbah
Brojo dan Mbah K.H. Ismail di Suci Manyar Gresik.
Pada tahun 1932 M, K.H. Kholil
(Suci) membangun pesantren yang dikenal dengan sebutan ‘’Pesantren Kyai Kholil ” Suci Manyar Gresik.
Di pesantren ini, K.H. Kholil di samping
mengajarkan ilmu-ilmu agama juga mengajarkan ilmu bela diri dan beliau
bergabung dengan pasukan “ Hizbullah ” yang berjasa dalam mengusir penjajah
dari Indonesia tercinta ini. Alumni pondok Pesantren K.H. Kholil Suci Manyar
Gresik ini telah banyak tersebar di daerah Gresik dan sekitarnya, Misalnya
daerah Cerme, Balung Panggang, Benjeng, Duduk Sampyan, Manyar, Kota Gresik,
Giri, Lamongan dan lebih banyak lagi di desa Suci sendiri, termasuk K.H. Faqih
pendiri Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik. Namun setelah
K.H. Kholil wafat ( Tahun 1961 M ), dari putera-puteri beliau tidak ada yang meneruskan
perjuangan dalam bidang kepesantrenan, hanya tinggal langgar ( Musholla)
peninggalan dari beliau saja.
Akhirnya, pada tahun 1987 M, salah
satu dari cucu K.H. Kholil, bernama K.H. Moh. Munawwar Ibn. Adnan Ibn. Kholil
yang sedang dan sudah berkhidmat untuk nyantri selama 20 tahun dipangkuan
Shohibul Fadlilah wal Karomah K.H. Utsman al-Ishaqi al-Maghfur lahu,
Rahimahullahu Ta’ala, di Pondok Pesantren Jati Purwo Sawa Pulo Surabaya,
mendapatkan perintah gurunya (K.H. Utsman beserta para puteranya; K .H. Ahmad
Asrori, K.H. Fathul Arifin dan K.H. Minanur Rahman) untuk melanjutkan
perjuangan K.H. Kholil dengan mendirikan Pondok Pesantren di desa Suci Manyar
Gresik.
Hal itu dimaksudkan untuk
menyelamatkan peninggalan dan meneruskan perjuangan para Kyai, sesepuh
pendahulunya. Sebagai “ Murid ” yang selalu berusaha berta’dhim dan
berkeinginan untuk mendapat ilmu yang bermanfaat, K.H. Moh. Munawwar hanya
pasrah menerima dan melaksanakan perintah gurunya.
0 Comments